Forum Curhat

Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
Post Info TOPIC: Susah bergaul+menyalahkan diri sendiri
S.P

Date:
Susah bergaul+menyalahkan diri sendiri
Permalink  
 


Salam kenal, pengasuh Sivalintar yang baik. Perkenalkan saya SP, laki-laki, anak bungsu (ke-2 dari 2 bersaudara), umur 23 tahun di D. Ini pertama kalinya saya mengirim surat sepert ini. Abis saya nggak tau mau gimana lagi. Saya juga bingung mau cerita ke siapa. Saya takut dicap macam-macam. Saya punya masalah percaya diri yang menurut saya udah parah banget. Memang dari kecil saya pribadi yang introvert. Waktu kecil saya termasuk anak yg gak mudah bergaul sama siapapun. Waktu SD saya memang masih bisa main basket sama anak2 tetangga, tapi itu karena abang saya. Abang saya lumayan jago basket jadi anak2 lain suka main sama dia. Sedangkan saya cuman ikut2an aja. Kalau abang saya lagi gak main basket, otomatis saya juga gak ikut. Orangtua saya juga sering membandingkan saya dengan abang saya. Tapi dalam hal ini, bukan abang saya yang lebih pintar, namun sebaliknya. Orangtua menganggap saya anak yang rajin, pintar, dll sedangkan abang saya dianggap bodoh, males, lebih suka main daripada belajar. Orangtua juga sering bilang sama abang saya, Tuh tiru adek kamu, dia rajin banget. Nah, justru itu masalahnya. Saya malah nggak suka dianggap rajin atau pinter karena saya rasa saya punya banyak kekurangan. Abang saya jauh lebih bisa bergaul dibandingkan saya. Saya malah gak merasa spesial dengan prestasi akademis saya itu, tapi saya malah ngiri sama social skill abang saya. Pada dasarnya saya memang terlahir sebagai orang yang introvert. Saya nggak masalah dengan itu. Yang jadi masalah ialah kenapa saya nggak bisa bergaul seperti orang lain. Selain itu, orangtua juga suka memanjakan dan mengkritik saya. Mereka selalu membereskan semuanya untuk saya. Cuci piring, bersihkan kamar tidur, nyisir rambut.Mereka juga suka mengkritik gaya pakaian saya kalau mau bepergian. Mungkin mereka sayang, tapi malah itu menjerumuskan saya jadi orang yang selalu bergantung pada lingkungan sekitar, tidak bisa mengandalkan diri sendiri untuk menyelesaikan masalah. Hal itu sampai sekarang masih terjadi. Mungkin orangtua berpikirAkan lebih cepat untuk menyelesaikan semuanya sendiri daripada harus mengajari anak. Itu lebih repot dan buang waktu. Bagi saya pemikiran ortu seperti itu super aneh Apa mereka nggak sadar kalau someday mereka akan meninggal dan anak2nya mau tidak mau harus mengurus diri sendiri? Siapa orang yang paling tepat untuk menurunkan nilai2 kehidupan kepada anak2 selain orangtua? Benar-benar aneh orangtua saya ini. Yah, ini cuma asumsi saja, saya pun nggak tahu pasti karena tidak pernah menanyakannya.
Kesulitan bergaul juga saya alami sewaktu SMP dan SMA, tapi waktu itu tarafnya belum parah seperti waktu kuliah.
Sewaktu kuliah D3, saya cenderung menghindari teman-teman seangkatan saya. Saya hanya bisa nyambung sama beberapa orang saja. Saya punya sebuah peer dimana setidaknya saya bisa punya temen2 yg nyambung. Kalau temen2 peer saya itu tidak masuk kuliah, saya deg-degan, takut temen2 seangkatan melihat saya sendirian. Saya merasa jika orang lain melihat saya sendirian, itu artinya saya tidak punya teman, tidak bisa bergaul, kuper, dan semacamnya.
Sedangkan mengenai temen2 seangkatan yang lain, saya cenderung menghindari mereka karena takut dicap aneh, kuper, nggak gaul, sombong. Padahal saya tidak seperti itu. Saya hanya tidak percaya diri untuk berteman dengan mereka. Entahlah, setiap mereka memandang saya, saya langsung beasumsi Jangan-jangan mereka sedang membicarakan kejelekan saya. Saya cenderung berasumsi negatif terhadap orang2 yang tidak nyambung ngobrol sama saya. Tapi saya tidak blak-blakan mengatakan tidak suka seperti halnya seorang ekstrovert. Saya diam saja dan menarik diri, menghindari kerumunan.
Itu berlangsung selama 3 tahun sampai akhirnya saya lulus D3. Lalu saya disuruh orangtua untuk masuk jenjang S1. Jujur, kuliah lagi sebenarnya bukan kemauan saya, tapi atas suruhan orangtua. Orangtua ingin setidaknya saya lulus S1, sedangkan saya sebenarnya ingin langsung bekerja setelah lulus D3. (Bagi saya kuliah lagi malah buang uang, kenapa tidak mencari kerja saja yang bisa menghasilkan uang?) Akhirnya saya mengalah dengan sangat berat hati, dan masuk Fakultas Psikologi. Itu saya lakukan karena saya terpaksa bergantung dengan orangtua. Bagaimana saya bisa bekerja dan mandiri, toh sejak kecil saya didik untuk terus bergantung kepada orangtua? Saya seperti terperangkap dalam lubang ketergantungan yang dalam dan tidak bisa keluar. Oya, satu lagi. Kadang orangtua juga tak menghargai hasil usaha saya. Saya lulusan D3 Sastra Inggris. Tapi ketika ada sanak saudara yang bertanya saya lulusan mana, ibu menjawab: S1 sastra Inggris. Saya kecewa, sepertinya ibu gak mengakui gelar D3 saya. Saya ngerasa 3 tahun kuliah gak berarti apapun dimata ibu. Sewaktu saya bertanya sama ibu kenapa ia menjawab demikian jika ditanya saudara, ibu menjawab Gak enak aja D3. Mending jawab S1. Hah, mungkin ibu saya takut anaknya kalah level sama saudara2 yg lain ya?
Singkat kata, saya akhirnya memilih masuk Fakultas Psikologi. Mungkin sudah bisa ditebak, alasan saya masuk psikologi karena saya ingin sekali memperbaiki masalah percaya diri dan tak bisa bergaul yang saya alami. Memang saya mempelajari banyak teori dan dapat banyak informasi tentang masalah saya itu, tapi tetap saja saya merasakan hal yang sama (meski tingkat keparahannya sedikit berkurang). Saya sudah terpisah dari teman peer di D3, dan di Fakultas Psikologi saya tak bisa menemukan beberapa teman yg nyambung diajak ngobrol. Masalah saya jadi bertambah, yaitu kesepian. Saya sering bertanya dalam hati,Kenapa ya temen2 saya koq bisa nyambung ngobrol satu sama lain, tapi saya tidak bisa? Apaka saya memang bener2 gak bisa bergaul, apa saya ini aneh? Apakah saya punya kelainan? Baru-baru ini saya iseng2 browsing tentang masalah sosial. Saya mengetik keyword,masalah sosial di search engine google. Kemudian saya menemukan satu artikel tentang Fobia Sosial. Di sana disebutkan beberapa gejala/tanda2 jika seseorang mengalami Fobia Sosial. Saya kaget karena ternyata sebagian besar dari poin yang disebutkan di artikel itu cocok dengan perilaku saya. Saya tambah cemas. Saya jadi tambah yakin kalau saya ini punya masalah sosial yang akut. Saya bertanya-tanya,Apakah ada orang lain yang menghadapi masalah yang sama seperti saya? Kalau ada, saya sangat ingin bertemu mereka. Dengan mengetahui bahwa saya tidak sendirian, mungkin beban saya akan lebih ringan.

Sebenarnya tak mudah bagi saya untuk menceritakan masalah pribadi saya. Saya orang yang tertutup dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Sejujurnya, saya takut jika saya tak bisa menjalin hubungan baik dengan siapapun. Saya takut tak bisa mendapat pekerjaan, tidak menikah, tak bisa menjalin hubungan baik dengan saudara/teman atau siapapun. Kadang saya juga melihat ke cermin dan berkata pada diri sendiri, You know what? Elo itu menyedihkan banget! Saya menjelek-jelekkan diri sendiri. Saya tidak akan bisa lebih unggul dari orang lain. Saya juga menulis yang semacam itu dalam diary saya. Ketakutan terbesar saya adalah semua yang akan terjadi di masa depan jika saya tak berhasil mencari jalan keluar masalah saya. Saya tidak mungkin mengatasi semua masalah saya seorang diri..

(Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya bila ada kata2 saya yang kurang berkenan. Saya juga minta maaf karena beberapa bagian cerita saya diatas tidak berurutan. Kadang saya teringat sesuatu, langsung saya ketik)

Untuk itu saya ingin minta bantuan Sivalintar, apakah ada jalan keluar yang sesuai bagi masalah saya? Mungkin semacam group terapi, atau konseling kelompok? Mohon Informasinya. Kalau boleh direply ke mail saya: iknowyou8477@yahoo.com


__________________
Anonymous

Date:
Permalink  
 

add Ym ku mas
YM ku ghooza_keren@yahoo.co.id

nanti ngbrol2 bareng..... smile

saya juga punya masalah seperti itu dulu.....

sekarang pun masih... cuman sudah lebih baik daripada dulu..




__________________
NN

Date:
Permalink  
 

Saudara SP, hal yang Anda alami terjadi karena kurangnya self esteem atau harga diri Anda.

Anda bisa mengikuti berbagai seminar pengembangan diri yang diadakan di kota terdekat Anda. Membaca buku-buku pengembangan diri juga bisa sangat membantu. Mungkin Anda bisa mencoba buku elektronik yang ada di http://targetpositif.com

Tapi jika masalah Anda berat, mungkin Anda perlu menemui psikiater.

__________________
lia


Newbie

Status: Offline
Posts: 2
Date:
Permalink  
 

tahun 2008, udah lama banget yah...terus terang aku baca postingan km aku malah baru tau persis penyakit yg aku alami selama ini,cmn susah u/dikeluarkan...ini salah satu penyakit diantara beberapa penyakit yg aku alamin..kita senasib sobat...ato mungkin sj km sudah sembuh....aku bahkan tak tau hal itu...no semoga q juga bisa sembuh dari penyakit ini Amiiiiiiiinnn cry

__________________


Newbie

Status: Offline
Posts: 1
Date:
Permalink  
 

Gue juga punya masalah yang sama, gue juga orangnya introvert, pendiam, tertutup dan pemalu. Setiap ketemu temen di mana aja apalagi cewek gue selalu bingung mau memulai pembicarang kayak gimana dan gue gak bisa membangung pembicaraan yang asyik yang bisa membuat kita akrab dengan lawan bicara kita. Gue pengen setiap ketemu tementemen gue itu menyapa gue dengan hangat, tapi kenyataannya skarang gue ngerasa meraka selalu memandang gue dengan cap negatif di pikirannya. Padahal gue punya hobi yang bertolak belakang dengan apa yang gue alami selama ini. Gue hobi berorganisasi, gue hobi gotong royong dan kumpul kumpul. Sifat individualis itu seharusnya adalah sifat yang bener bener gue hindari, tapi kenapa yang gue alami sekarang kayak gini. Jujur sifat kurang bisa bergaul adalah apa yang paling menyiksa gue selama ini. Gue jarang ngerasa bahagia, gue juga selalu iri ama temen temen yang nunjukin keakarabannya satu sama lain.

__________________
Page 1 of 1  sorted by
 
Quick Reply

Please log in to post quick replies.

Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard