Namaku martha,usiaku 20th ayahku menderita depresi sejak aku kelas 1 sd orang2 dikampungku menyebutnya GILA JAD.I AKU ADALAH ANAK ORANG GILA DAN KATA MEREKA AKU GILA JUGA NANTINYA.tapi aku tidak terima aku merasa baik2 saja namun ,bayang2 ketidaknormalan ayahku seakan terus mengejar2 kehidupanku dari kecil hingga aku sedewasa ini.masalah semakin kompleks ketika aku mulai punya teman dekat dan ia tahu tentang kondisi ayahku yang demikian.ia bilang biasanya kslau orangtuanya gila anaknya kemungkinan juga iya.aku sedih padahal aku terkadang aku merasa jadi anak noramal bahkan aku selalu juara kelas ketika sekolah dulu dan guru2pun baik padaku. temenku baik padaku intinya aku merasa kehidupanku normal tanpa mengingat kondisi ayhku yang hingga sekarang masih sering kumat dan bergantung pada obat;haloperydol,ladomer...tapi tentu saja AkU Tak bisa begitu saja melepaskan ini semua aku takut sedih bingung marah:dan aku yakin bila aku terus merasa seperti ini aku akan benar2 seperti ayahku AKU TIDAK MAU.Tapi aku tidak tahu bgmn caranya melepaskan ini semua.tapi aku selalu menganggap bila perasaanku abaikan maka takkan menjadi masalah nyatanya tidak aku semakin sulit keluar dari masalah in.dan akhirnya aku putuskan untuk menghubungi sivalintar yang aku tahu dari tahun kemarin.ya.. aku tidak mau mengakui aku bermasalah nyatanya aku memang bermasalah dan berharap ada yang bisa membantuku lewat ini.aku ingin berkarya krn aku juga punya potensi aku tidak inginsekedar menghabiskan jatah umurku sia2.AKU BUTUH BANTUAN
Saya baru saja membaca tulisan anda dan mempunyai simpati yang sangat dalam terhadap apa yang sedang dan pernah anda alami dengan keadaaan ayahanda. Sebabnya juga karena saya pernah mengalami masa2 dimana saya mengalami masa kumat dari 'symptom' depressi berat, dan sekaligus mengamati bagaimana putri saya sendiri melihat saya dalam situasi2 tersebut. Selama itu sejak dia lahir putriku menjadi bagian dari motivasi hidupku. Selama itu saya selalu waspada dan sangat sadar bahwa saya tidak pernah akan membiarkan putri saya merasa bertanggung jawab atas apa yang saya alami.
Saya tidak tau berapa jauh saya bisa membantu, tetapi sebelum saya teruskan komunikasi saya dengan anda bolehkah saya bertanya kira2 bagaimana keadaan ayah anda selagi beliau 'kumat' ?
Usia anda masih muda dan saya nasehatkan untuk tidak putus asa. Yakinilah diri anda bahwa anda adalah normal seperti manusia lainnya. Dan ingatlah selalu bahwa sebagai manusia , salah satu jalan menjadi lebih 'bijak' adalah penghayatan2 yang lebih dalam pada keprihatinan kita.
Haloo Martha Salam Jumpa... saya ikut prihatin melihat Ayah anda dan kondisi psikologis anda juga, nampaknya anda terjebak dalam drama masalah ayah anda, dan pandangan lingkungan anda yang sepertinya memaksakan anda harus ber-potensi seperti ayah anda, menimbulkan sugesti yang buruk yaitu sebentuk keyakinan "JIKA AYAHNYA GILA ANAKNYA PASTI IKUT GILA" Menurut saya ini bukan penyakit genetik, depresi yang ayah anda alami, besar kemungkinan karena benturan kehidupan, dan ketidak mampuan ayah anda menerima kenyataan yang tidak sesuai harapan beliau. caranya mengatasi kegelisahan anda dan bayangan ketakutan menjadi gila adalah : TIDAK TAKUT DAN YAKIN TIDAK TERJADI PADA DIRI ANDA , semakin anda takut dan semakin berusaha menghindar malah anda bisa benar2 depresi. seperti yang anda khawatirkan "jangan jangan saya bisa ikut gila" artinya anda tak mungkin gila (psikosa) karena orang gila tak pernah menyadari kalau dirinya gila. sebaiknya anda mengisi waktu luang anda dengan berlatih men setting fikiran pada hal-hal yang menyenangkan. membangun imajinasi yang menyenangkan. misalnya membayangkan anda berada di tempat yang indah, bersama kekasih dan teman teman anda. dari bahasa yang anda gunakan saya melihat kepanikan. dan anda orangnya susah untuk rileks. berlatihlah untuk bersikap rileks. sulit memang "tapi ala bisa karena biasa". bukalah web kata hati institue milik bapak erbe sentanu. sukses dan berbahagialah. sampai jumpa. Tuhan selalu bersama Anda.
Aku salut denganmu karena ditengah2 tekanan berat, kamu masih bisa berprestasi. Menurutku, jangan sampai kata2 orang lain (tentunya yang negatif) membentuk diri kita menjadi seseorang yang negatif juga sesuai dengan penilaian mereka. Terkadang bisa jadi juga orang2 mengatakan hal2 begitu ke kamu karena mereka iri dengan prestasimu. Bahwa di tengah2 cobaan harus menerima kenyataan bahwa ayahmu mengalami depresi, tapi kamu tetap bisa lebih berprestasi daripada mereka. Kalau kamu yakin bahwa dirimu normal, maka kamu memanglah normal! terus berusaha dan berdoa supaya dijauhkan dari orang2 yang berusaha menjatuhkan, dan teruslah berprestasi :)