Saya harap temen2 disini bisa bantu dlm permasalahan saya. Pernikahan saya telah memasuki 29 tahun. Anak saya 3 orang, sudah bekerja smua dan ada yg sdh menikah. Diusia sy yg ke51 sy msh bekerja sedangkan suami sy sdh pensiun(th 1998). Selisih umur diantara kami lumayan jauh, skitar 10 th. Diawal pernikahan, sy merasakan sifat2 suami yg terasa kasar dlm bentuk verbal. Banyak kata2 yg sering menyakiti perasaan saya. Slama ini sy mengharapkan smakin bertambah usia perkawinan kami akan ada perubahan dari suami. Ternyata tidak... Kata-kata cerai sering keluar dari mulutnya, dari awal pernikahan. Bahkan saking kagetnya sy dgn sifatnya, sy pernah berkeinginan pisah saat hamil anak pertama, yg jelas ditentang keluarga sy. Kami baru saja menunaikan ibadah haji. Dari awal berangkat hingga pulang sifat kasarnya sama skali tidak berubah. Kata2 "tolol!, goblok!,...dsb masih sering keluar. FYI suami sy punya penyakit darah tinggi...apakah itu ada kaitannya? Slama pernikahan kami, sy slalu menahan emosi dan berpura2 didpn anak2, hingga kejadian terakhir kira2 sebulan yg lalu. Kata2 cerai keluar hingga 3 kali. Sy berniat untuk kluar dr rumah, tetapi anak2 kami melarang dan saat rapat keluarga suami minta maaf dan melarang sy kluar dr rmh. Hubungan kami semenjak itu ttp satu rmh tapi tidak sewajarnya suami isteri. Yg membuat sy bertahan dulu adalah karena anak2 masih kecil.
Apa yg hrs sy lakukan dipernikahan seperti ini? Haruskah sy terus tolerir sifat suami yg sepertinya tdk akan pernah berubah? Atas tanggapannya sy ucapkan banyak terima kasih.
Selamat sore ibu. terima kasih atas kepercayaannya untuk curhat di forum ini.
Pertama-tama saya salut atas kesabaran dan kebesaran hati ibu yang selama 29 tahun mampu menahan diri dan mampu menjaga keutuhan keluarga sampai ketiga anak ibu sudah bekerja bahkan ada yang sudah menikah, luar biasa. Semua itu patut disyukuri ibu. Bandingkan dengan banyaknya kasus cerai pasangan muda saat ini, yang kadang-kadang karena ego masing-masing memutuskan untuk pisah dan yang jadi korbannya anak-anak yang tak faham masalah orang tuannya.
dulu sebelum menikah, saya pernah membaca sebuah artikel psikologi yang bunyinya kurang lebih begini "Jangan pernah berpikir anda akan bisa mengubah karakter pasangan anda! yang bisa anda lakukan hanyalah memahami dan menyesuaikan diri dengan karakternya." awalnya saya tak percaya, setelah menjalani pernikahan selama beberapa tahun baru saya percaya, tak mudah bahkan sangat sulit mengubah karakter pasangan kita.
Sedikit saran saya atas masalah ibu, mengingat usia ibu dan suami sudah tergolong tak muda lagi, dan usia anak2 juga sudah dewasa, ada baiknya ibu, suami dan anak-anak sering meluangkan waktu bersama untuk membicarakan masalah ibu dalam suasana santai dan tenang. kemukakan saja masalah ibu di hadapan suami dan anak-anak secara terbuka, apa adanyadi dan jangan ada yang ditutup-tutupi. biarkan suami ibu dan anak-anak mengemukakan pendapatnya masing2. dari obrolan2 itu mungkin ibu bisa menarik kesimpulan apa sebenarnya keinginan (mungkin masalah) suami ibu hingga sering marah-marah dan mengucapkan kata-kata cerai. ibu juga bisa mendengar pendapat dari anak-anak ibu tentang masalah ibu. mungkin juga anak2 akan memberi masukan buat ibu dan ayahnya.
Atau bisa juga ibu sering meluangkan waktu ngobrol santai dalam suasana akrab dengan suami membicarakan masalah ibu. jadi intinya untuk menyelesaikan masalah ibu adalah : Komunikasi yang inten dilandasi keterbukaan, kejujuran dan saling pengertian.
jangan lupa berdo'a dan bertawakal, serahkah segalanya pada yang kuasa. semoga Tuhan memberi jalan terbaik untuk ibu dan keluarga.
Mohon maaf ibu, bukan maksud saya menggurui, saya hanya sumbang saran saja. saya yang seharus belajar banyak pada ibu.
saya sudah membaca masalah yang ibu utarakan,setelah di pahami lebih mendalam saya merasakan sedikit jeritan batin ibu yang serba dilema dalam membuat suatu keputusan berkaitan dengan keberlangsungan rumah tangga ibu.
usia pernikahan yang telah mencapai 29 tahun bukanlah waktu yang singkat.tentu ibu butuh perjuangan yang luar biasa untuk menjalaninya.
memang hari demi hari yang di lalui akan terasa berat kalau tidak memiliki kesabaran yang sangat luar biasa.jika ibu seorang muslim, maka cara yang terbaik untuk menghadapi setiap problem ( masalah 0 adalah dengan shalat dan sabar.karena hal ini telah di jelaskan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an.
dengan memperbanayk ibadah dan menyerahkan persoalan kepadaNYA maka tentu akan di buka jalan yang terbaik bagi ibu dan suami.
karena cuman Allah lah yang mampu mebolak-balikkan hati seseorang, kesabaran dan kasih sayang yang tulus yang senantiasa ibu berikan pada suami insyaallah akan membuka mata hatinya sehingga lambat laun bisa mmebuat nya insaf dan sadar akan cinta ibu yang besar itu.
BUKANKAH BATU YANG KERAS JIKA TERUS MENERUS DI TETESI AIR AKAN BERLOBANG.BEGITU PUN HALNYA DENGAN MASALAH YANG IBU HADAPI.
namun saya hanya memberikan sedikit saran, keputusan kembali kepada ibu yang menjalaninya bersama sang suami. saya yakin ibu bersama sang suami akan mampu menyelesaikan permasalahan yang ibu berdua hadapi dengan baik.
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan jalan keluar yang terbaik bagi permasalahan yang ibu hadapi.
setiap saya membrikan saran pada siapapun selalu saya selipkan kata semangat.karena bagi saya dengan mengucapkan kata semangt ada energi positif yang meneyruak dari relung hati.
untuk ibu yang sedang bimbang.. apa yang ibi rasakan ini tidak berlebihan dan wajar menurut saya... setelah 21 tahun perubahan yang diharapkan tidak juga terlihat, saran saya mungkin ibu perlu instrosfeksi juga sebelum mengarahkan semua kesalahan pada suami. di masa lalu apakah ada situasi yang membuat suami kecewa, merasa tidak puas/ sesuai, apakah ada masalah diwaktu lalu yang tidak pernah diselesaikan.. selain itu perlu dilihat lebih lanjut apakah situasi ini benar-benar tidak ada penyebabnya, atau suami sering marah tanpa alasan, mungkin suami juga perlu konsultasi untuk masalah ini. jika memang tidak ada tampaknya perlu adanya komitmen yang jelas, bila perlu melibatkan keluarga sbg mediator agar suami konsisten dengan janjinya, beri pengertian pada anak-anak. diusia ibu yang sekarang tentunya tuntutan hidup sudah berbeda dibanding waktu muda, tanyakan lagi pada hati kecil tujuan hidup ini kemana ... perbanyak ibadah, ikhlaskan semua dan berdo'a. lakukan kegiatan positif untuk meminimalkan perasaan tidak nyaman akan situasi ini.. anak-anak yang sudah dewasa tentunya dapat dijadikan teman berbagi.. semoga ibu tabah dan diberi kemudahan menghadapi masalah ini, Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan kita.. Amin..
Berikut pendapat saya soal kasus ibu tersebut, Saya mengerti perasaan ibu yang sekian lama berupaya mentolerir sikap suami yang kasar. Ibu lelah ya, tetapi kesabaran ibu luar biasa, alangkah sayangnya jika setelah berhasil sabar selama 29 tahun lalu menyerah. Jangan kalah ibu, karena perjuangan ibu kemungkinan besar tidak perlu selama itu lagi, mengingat usia terus bertambah dan batas hidup kita semakin lama semakin dekat kan? Walaupun demikian, menurut saya suami ibu juga perlu dididik dan dinasehati atau diingatkan ,karena itu juga tugas kita sebagai manusia , tawassau bil haq, tawassau bis sobr, saling mengingatkan pada kebenaran dan saling mengingatkan pada kesabaran. Hal itu bisa dilakukan pada saat2 suami sedang baik moodnya. Katakan terus terang perasaan ibu yang tidak suka dikasari, sama seperti semua orang bahkan si suami sendiri pasti juga begitu. Kemudian kasihani dia bu, doakan dia selalu, mohon pada Sang Pencipta, Allah swt, Yang Menguasai Hati semua makhlukNya agar hati suami ibu menjadi lembut dan penuh cinta kasih. Bergantunglah padaNya, mohon petunjukNya, curhat padaNya. Saya yakin ibu akan mendapat petunjuk dan kemudahan, insyaAllah. Saya juga ikut mendoakan . Salam,
Ibu yth sy prihatin dgn perkawinan 29 thn banyak problem tlh ibu selesai dgn optimal.semoga semua kesabaran dan ketabahan akan menjadi pahala bagi didunia dan akhirat. Ibu sy yakin masih banyak sifat yg baik dari suami. Jangan lihat kurangnya .perhatikan apaa2 yg baik .kita tdk mampu merubah orang tetapi kita pasti mampu merubah diri. Sendiri. Ubah persepsi dan harapan thd suami.
ass. jawabannya adalah. bahagiakan diri. akankah waktu yang singkat ini hanya dibuat untuk bersedih.
dulu kamu berpikir hidup demi anak2, demi keluarga, demi suami. kapan saatnya kamu berpikir untuk diri sendiri.
belum ada kata terlambat. jika suami memang masih jodohmu. walau apapun permasalahan kamu ttp msh bisa bertahan hidup dalam kehidupan perkawinan yg seperti kamu alami saat ini. tapi. tanya diri hati mu yg paling dalam apa yg kamu ingin khan dalam hidup ini,,,,,,, BAHAGIA.
belajar ..... memilih sesuatu dalam hidup walau resikonya pahit bagi orang lain. demi anak2. itu hanya alasan klise. jika anak2 sdh besar dan menikah apakah juga alasan anak2. kamu bertahan dan mempertahankan perkawinan. cepat ambil keputusan, jika keputusan adalah yg terbaik mengapa tidak. suami tidak bisa ambil keputusan , kamu yg ambil keputusan itu. kamu harus mebahagiakan diri sendiri, jika suami tidak bisa membahaan, cerai bukan dosa. cari activitas sosial, kembangkan diri tambah pengetahuan. masih banyak pekerjaan di dunia yg perlu dipikirkan bukan hanya memikirkan perkawinan dalam penderitaam.
banyak orang janda bisa bertahan hiduip dari pada punya suami tapi tidak saling membahagiakan. bersikaplah mengalah. bersikaplah memaafkan.